Friday, June 8, 2012

mengomentari karya puisi

Kahlil Gibran "About Love" Kau boleh memberikan Cintamu, tetapi bukan Pikiranmu Karena mereka memiliki pikirannya sendiri Kau boleh merumahkan tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka Karena jiwa mereka berkeliling dalam rumah esok hari, yang tidak dapat kau kunjungi , bahkan dalam mimpi sekalipun. Pada puisi diatas menjelaskan walaupun raga /tubuh kita didalam penjara,tetapi pikiran kita tidak bias di penjara.jiwa bebas berpikir kemana saja, apalah arti nya merdeka tapi pikiran kita di penjara.banyak orang sukses ketika mereka di penjara,contoh bung Karno di dalam penjara beliau memikir kan bagaimana cara agar supaya Bangsa Indonesia ini merdeka dari kaum penjajah,di dalam penjara beliau banyak belajar buku tentang perjuangan serta mempraktekan langsung kepada Negara ini.dari pemikiran dan ide beliau bangsa bias sukses melawan penjajah. Contoh lain adalah buya HAMKA didalam penjara beliau dapat menyelesaikan Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir al-Azhar,serta Dr Aidh Abdullah al-Qarni ialah seorang ulama Arab Saudi juga penulis motivasi Islam terkenal di dunia masa kini dalam buku nya La tahzan didalam penjara pula beliau menulis buku ini,buku yang sangat terkenal itu.

Tanggung jawab dan kesuksesan

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu : 1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak. 2. Tanggung jawab terhadap keluarga Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, ister, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan. 3. Tanggung jawab terhadap masyarakat Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 4. Tanggung jawab kepada Bangsa / negara Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara 5. Tanggung jawab terhadap Tuhan Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya dengan mempunyai tanggung jawab lngsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan juka dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawab, manusia perlu pengorbanan. PENGABDIAN DAN PENGORBANAN Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan adalah perbuat baik untuk kepentingan manusia itu sendiri 1. Pengabdian Pengabdian itu adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya, karena panggilan Tuhan. Mereka meninggalakan keluarga dan tidak akan berkeluarga. Pengabdian terhadap negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negri yang bertugas menjaga mercu suar di pulau yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai. Sementara itu setiap hari tiupan angin kencang dari laut tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam pengabdian diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negri dikota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-sekali bila mereka memperoleh cuti. 2. Pengorbanan Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas, karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan . Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman. MACAM - MACAM PENGABDIAN Munculnya pengabdian karena ada Tanggung Jawab, maka pengabdian dibedakan menjadi beberapa macam antara lain, : a. Pengabdian terhadap Tuhan YME yaitu penyerahan diri secara penuh terhadap Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawab yang diikuti oleh pengorbanan. Misalnya : shalat, zakat, puasa. b. Pengabdian kepada Masyarakat, karena manusia hidup dan dibesarkan di dalam masyarakat sehingga pengabdian dan pengorbanan sebagai perwujudan tanggng jawab terhadap masyarakat. c. Pengabdian kepada Raja, yaitu suatu penyerahan diri kepada raja yang melindunginya. d. Pengabdian Kepada Negara, pengabdian yang timbul karena seseorang merasa iktu bertanggung jawab terhadap kelestarian negara dan demi persatuan dan kesatuan bangsa. e. Pengabdian kepada harta, karena seseorang menganggap harta yang menghidupinya. Sehinggga tindakannya semata-mata demi harta, bahkan rela berkorban untuk mempertahankan hartanya. Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab8-manusia_dan_pandangan_hidup.pdf “Seseorang seharusnya selalu menyadari berapa yang ia miliki daripada yang ia inginkan.” --Joseph Addison “Seseorang seharusnya selalu menyadari berapa yang ia miliki daripada yang ia inginkan.” --Joseph Addison Manusia diciptakan Allah dengan sempurna. Kita ada mata, telinga, hidung dan peralatan tubuh lainnya yang komplet. Dalam perkembangannya, ada yang berhasil memanfaatkan potensi itu, juga ada yang gagal dalam memanfaatkannya. Kesempurnaan manusia dapat kita lihat dalam firman Allah swt., sebagai berikut, لَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنسَانَ فيِ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ * ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ * إِلاَّالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada terputus.” (QS. At-Tin: 4-6) Ayat ini menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk unggulan karena peran gandanya, peran sebagai ‘abid seperti terindikasikan dalam ungkapan âmanû dan peran sebagai khalifah seperti terindikasikan dalam ungkapan wa ‘amilû as-shâlihât. Konsep ‘abid menunjukan hubungan vertikal (hablum minallah), dan itu lebih bersifat personal. Sementara konsep khalifah, terkait dengan tanggung jawab sosial, hubungan horizontal (hablum minannas). “Kalau ‘abid itu tanggungjawab personal dengan Tuhan, sedang khalifah itu adalah tanggung jawab sosial dalam hubungannya dengan sesama manusia. Karena Allah selalu menggandengkan dua kalimat itu hampir di semua ayat-ayat-Nya, manusia unggulan akan selalu melakukan kedua peran itu secara bersamaan.” Demikian penjelasan M. Quraish Shihab tentang karakter manusia unggulan dalam perspektif tasawuf. Jadi, kita semua diciptakan Allah dengan sempurna. Kesempurnaan itu menuntut kita untuk menjadi makhluk yang menghamba hanya kepada Allah, dan tidak lupa menjadi khalifah yang memakmurkan bumi. Peran ini hanya ada pada manusia. Hewan dan tumbuhan tidak ada peran seperti ini. Mereka bahkan tidak diberikan akal dan pikiran. Inilah kekuatan besar manusia. Sebuah potensi untuk sukses, bukan? Sebuah ungkapan mengatakan, “Ada kekuatan raksasa dalam diri Anda!” Wah, kenapa bisa ada raksasa? Baiklah. Raksasa itu adalah potensi besar yang terdapat dalam diri Anda yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Anda bisa melihat, mendengar, makan, minum, berjalan, itu adalah potensi yang sangat besar. Termasuk juga bagaimana kita bisa berpikir dan berkehendak, itu merupakan raksasa yang sangat besar. Tiap orang pasti ada raksasanya. Cuma tidak semua yang berhasil “membangunkan” raksasa itu. ada yang “raksasa”-nya sedang tidur. Itu karena mereka tidak memanfaatkan potensi dalam dirinya. Mereka terjerembab dalam kubangan tidak percaya diri, atau merendahkan diri mereka sendiri. Orang yang sukses tidak seperti mereka. Mereka melihat potensi besarnya, kemudian memanfaatkan apa-apa yang bisa dikembangkan. Jadi, diri Anda adalah modal yang terbesar. Berusaha terus sampai berhasil. Biasakan diri untuk menjadi individu paling baik. “Kita dibentuk oleh sesuatu yang kita lakukan berulang kali. Keunggulan, bukan hasil dari satu tindakan, melainkan dari kebiasaan,” demikian kata filsuf Yunani Kuno Aristoteles. Untuk mencapai yang terbaik di masa depan, maka permantaplah diri Anda. Kalau Anda sudah mantap, maka apapun peristiwa yang akan terjadi—apakah itu keuntungan atau kerugian—tak akan menyurutkan kaki melangkah. Selama Anda masih turunan langsung dari Nabi Adam as., maka Anda sesungguhnya mempunyai modal yang sangat besar. Pertanyaannya, sudahkah kita menyadarinya? referensi http://yanuardisyukur.com/artikel/read/diri_kita_sendiri_modal_terbesar_untuk_sukses_/ http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab8-manusia_dan_pandangan_hidup.pdf

Kegelisahan dan cara mengatasi kegelisahan

Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengatakan kegelisahan seseorang disebabkan kurang mantapnya menghayati suatu persoalan, kurang mampunya menghadapi hidup, kurang matangnya membuat perhitungan sebagaimana sebaiknya menghadapi hidup. Kegelisahan adalah suatu yang wajar dalam hidup, tetapi kegelisahan tidak boleh berkembang dan membuat seseorang keluar dari landasan yang semestinya dilewati. Ini dipandang dari segi sempit yaitu kita sebagai manusia, mempunyai hati dan pemikiran, bila dia bertumpuk pasti akan menemukan kegelisahan. Bagi yang matang menghadapi hidup , dia temukan kegelisahan, dengan cepat dialihkan kegelisahan dengan cara yang membuat dia tidak dibebani aneka kelainan dalam tingkah dan geraknya Menghadapi kegelisahan ada orang yang sampai kehilangan akal, seolah tidak ada lagi pegangan, orang yang kebingungan tampa penyelesaian, kemampuan bekerja akan menurun, semuanya akibat gelisah dan cemas menghadang masa datang. Kegelisahan? Atau stress adakah manusia hidup di dunia tampa masalah, bukankan cobaan adalah pertanda Allah mencintai mahluknya, cobaan adalah sarana manusia untuk lebih mengingat Allah. MahaBesar Allah yang amat besar kecintaannya kepada semua mahluknya, tapi manusia kadang lupa akan segala kenikmatan yang Allah berikan. Bila kita pernah berfikir maukah kita menukar kedua mata kita, atau kedua kaki dan tangan kita dengan segunung emas, atau uang sejuta dolar . jawabnya pasti tidak, berarti harga mata ditambah harga kaki atau sepasang tangan kita tidak dapat diganti dengan harta sebesar apapun. Berarti besar kenikmatan dan karunia dari Allah kepada mahluknya tidak dapat di nilai dengan apapun. Tapi manusia selalu lupa. B. PERUMUSAN MASALAH Kegelisahan yang mengembang dan tidak terselesaikan akan mempengaruhi kehidupan seseorang. Dalam ilmu kedokteran akan timbul yang namanya stress dan stress akan berkembang jadi penyakit psikis maupun fisik. Bila kita yakin bahwa Allah amat sayang kepada kita, mengapa harus gelisah, bukankah segala cobaan itu pasti sudah terukur, tidaklah Allah membebani manusia melebihi kemampuannya.dalam surat Albaqorah ayat 286 , Allah berfirman: Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Cobaan dan musibah adalah sarana kita untuk mengingat Allah dan bukannya lari dari persoalan. Dalam sebuah hadist Sahih diterangkan bahwa Allah berfirman: ”Barang siapa yang mengingat aku (Allah)dalam dirinya, maka akan aku ingat ia dalam diri-Ku. Dan, siapa yang mengingat aku dalam sekumpulan orang, maka akan aku mengingat ia dalam sekumpulan mahluk yang lebih baik dari dirinya (yaitu malaikat). Sesungguhnya karunia tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata dan tidak dapat diungkapkan kesyukurannya kecuali dengan sujudnya hati Dalam Surat Albaqoroh ayat:155. Allah berfirman,” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Karena cobaan adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari, berarti yang sangat penting adalah bagaimana kita menyikapinya dengan secara bijak dan benar. Dalam Surat Albaqoroh ayat:153. Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Berarti disini sabar dan shalat menjadi cara yang paling bijaksana dan paling benar bagi seorang muslim menyikapi masalah dan cobaan yang menimpanya sehingga kegelisahan tidak menjadi stress yang berkepanjangan Dalam Tafsir Al Maraghi, Sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepada orang Muslim ialah mengetahui, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata dan Dia tidak ada Tuhan selain Allah semata, dan Dia tidak mempunyai sekutu, Jika telah diakui bahwa Akulah Tuhan yang Haq dan tidak ada sembahan selain aku, maka beribadahlah hanya kepada Ku dan tunduklah kepada seluruh apa yang aku bebankan kepadaMu. Lakukanlah Shallat menurut aturan yang telah aku perintahkan kepadamu dengan rukun dan syaratnya agar dalam Shalat itu kamu mengingat Aku dan berdoa kepada ku dengan doa yang tulus dan bersih tampa dicampuri syirik dan tidak menghadap diri kepada selain aku. Disebutkan shalat secara khusus diantara ibadah yang lainnya, karena ia mempunyai keutamaan atas yang lainnya. Didalam shalat, seseorang mengingat sembahannya dan hati serta lisan sibuk dengan itu. Oleh sebab itu,Shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan mungkar. Dari Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam jamaah lain mengeluarkan riwayat dari Abu Hurairah, Bahwa Rasullullah saw, bersabda” Barang siapa lupa akan suatu Shalat, maka hendaklah ia mengerjakan shalat itu ketika mengingatnya, karena sesungguhnya Allah berfirman,” dirikanlah Shallat untuk mengingatKu. [ Dalam surat Al Ma’aarijj ayat 19 – 35 Allah berfirman: Sungguh manusia diciptakan bersifat suka mengeluh, apabila ditimpa kesusahan dia akan berkeluh kesah, apabila dia mendapat kebaikan (harta) dia menjadi kikir, kecuali orang yang melaksanakan Shalat, mereka tetap melaksanakan shalat, dan orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu , bagi orang(miskin) yang meminta atau tidak meminta dan orang yang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang yang takut terhadap azab Tuhannya, Sesungguhnya terhadap azab Tuhan mereka tiada seorang yang merasa aman dari kedatangannya. Dan orang yang menjaga kemaluaannya, kecuali terhadap istri-isri mereka/hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela, Maka barang siapa mencari diluar itu( seperti zina, homoseks dan lesbian) mereka itu orang-orang yang melampaui batas. Dan orang orang yang memelihara amanat dan janjinya, dan orang- orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya. Orang yang memelihara shalatnya, Mereka itu di muliaakan didalam surga. MENGATASI MASALAH A. SABAR Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan Setelah selesai menjelaskan syukur , Kini Allah mulai menjelaskan sabar, permintaan petunjuk dan pertolongan melalui sabar dan shalat, karena bila seorang hamba mendapat nikmat, maka dia menyukurinya atau mendapat bencana , maka dia bersabar menghadapinya. Allah menjelaskan sarana terbaik yang dapat digunakan untuk menghadapi musibah adalah dengan sabar dan Shalat. Dalam sebuah hadis dikatakan,” Apabila Rasulullah saw, menghadapi sesuatu kesulitan, maka beliau salat Sabar itu ada dua: Pertama, sabar dalam meninggalkan berbagai hal yang diharamkan dan dosa, kedua, sabar dalam melakukan berbagai bentuk ketaatan dan kedekatan kapada Allah (paling besar pahalanya). Sabar yang jenis ketiga yaitu bersabar menghadapi berbagai bencana dan petaka, seperti memohon ampun dari perbuatan aib. Orang-orang yang sabar menurut Ali bin Husein Zainal Abidin ,” Apabila Allah telah menghimpun orang–orang terdahulu dan kemudian, maka seseorang menyeru,’manakah orang –orang yang sabar, masuklah ke dala surga tampa di hisap,”. Sedangkan Said Bin Jubeir berkata,” ”Sabar ialah pengakuan seorang hamba kepada Allah atas musibah yang menimpanya itu dari Allah . Menyerahkan perhitungannya kepada Allah dengan mengharapkan Pahala-Nya, terkadang seseorang berkeluh kesah, namun dia harus bersikeras tiada jalan lain kecuali bersabar . Allah taala memberitahukan kepada kita bahwa Dia akan menguji hamba-hambanya. Allah akan menguji mereka terkadang dengan kebaikan dan kemudaratan seperti rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, kematian kerabat atau sahabat, buah- buahan yang tidak menghasilkan, barang siapa yang sabar, maka ia mendapat pahala, dan barang siapa yang berputus asa, maka Allah akan menimpakan siksa kepadanya, Oleh karena itu Dia berfirman dalam surat albaqarah ayat 156: ”Dan sampaikanlah berita kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang- orang yang apabila ditimpa musibah , mengucapkan ”sesungguhnya kamu milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,” Maksudnya, hiburlah mereka dengan ucapan ini atas musibah yang menimpa mereka, dan beritahukanlah bahwa mereka kepunyaan Allah, Dia memperlakukan hamba-Nya menurut kehendak-Nya, dan bahwa kepada-Nyalah merela kembali ke kampung akherat. . Menurut Iman Al-Ghazali Sesungguhnya iman itu terdiri dari 2 bagian , sebagian kesabaran , dan sebagian lagi merupakan syukur sebagaimana tersebut dalam hadist,(yakni Hadist Abu Mansur Ad Dailami dari Yazid Ar Rasqqsyi dari Anas r.a,dla’if). [8] Dalam surat azzumar:10 Allah berfirman ” Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tampa batas.” Tentang kedudukan nilai sabar adalah setengah dari pada iman ini kami terangkan alasannya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW : Sesuatu yang hanya sedikit sekali dapat engkau capai dan engkau miliki, ialah yakin dan sabar. Barang siapa yang mendapat bagiannya dari yakin dan sabar ini , maka tidak usah khawatir tentang sembahyang malam dan puasa sunat yang tertinggal, Aku akan 6. Ibid hal 256 lebih senang apabila kamu dapat bersabar dalam melakukan kewajiban-kewajibanmu dari pada apabila setiap orang kamu sekalian datang kepadaku dengan menunjukan amal yang telah dilakukanya. Tetapi aku khawatir apabila nanti dunia terbuka bagimu sesudahku, maka kamu akan ingkar-mengingkari satu terhadap yang lain (berselisih dan berebut) sehingga penghuni langit membencimu. Dan pada waktu itu, barang siap yang sabar dan tahan uji serta berlaku jujur akan mendapat pahala secara sempurna. Sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar. Hadist-hadist yang terkait dengan sabar sangat banyak, salah satunya khabbab Ibnul Arts r.a berkata,” Saya mengeluh kepada nabi saw, yang ketika itu sedanga tidur-tiduran berbantal sorbannya di samping ka’bah. Maka, kami berkata? Apakah engkau tidak meminta tolong untuk kami?Apakah engkau tidak mendoakan kami?’ Maka nabi bersabda,”Sungguh telah terjadi sebelum kamu orang yang diambil dan kemudian dipendam(ditanam) didalam bumi, kemudian didatangkankan kepadanya gergaji yang diletakkan diatas kepalanya dan digergaji kepalanya, maka terbelah kepalanya menjadi dua. Dirinya juga disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang kemudian terlepaslah daging dari tulangnya dan orang ini disiksa dengan siksaan seperti itu tetapi ia tetap teguh dengan agamanya. Demi Allah, Allah akan menolong semua penderitaan ini sehingga orang yang mengendarai unta dan San’an (ibu kota Yaan) sehingga Hadramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah dan takut serigala terhadap domba-dombanya. Akan tetapi, kamu tergesa-gesa.”(HR Iman Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa’i). B. SHALAT . Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syara' ialah ibadat yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah Mendirikan Shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu' ,memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. Ketika usaha sedemikian sulit, ketika musibah datang bertubi-tubi, ketika kehilangan pekerjaan, ketika kita ditinggal oleh orang yang terkasih , dan kesabaran menjadi lemah, maka shalat menjadi sarana yang paling penting untuk kita laksanakan sebagai sarana kita mengadukan semua persoalan kita kepada Allah SWT. Shalat merupakan penolong yang akan selalu memperbaharui kekuatan dan bekal yang akan selalu memperbaiki hati. Dengan shalat kesabaran akan tetap ada dan tidak akan terputus. Justru shalat akan mempertebal kesabaran, Sehingga akhirnya kamu muslimin akan ridha, tenang, teguh dan yakin. . Dalam Surat Luqman ayat 17. Allah berfirman : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Suatu keniscayaan bagi manusia yang lemah dan terbatas untuk selalu menghubungkan dirinya dengan kekuatan yang besar. Dan bersandar kepadanya dalam meminta pertolongan ketika ketika ia sudah mencurahkan segala kekuatannya yang terbatas dan ternyata tidak mampu. Permintaan pertolongan dan penyandaran pada kekuatan yang besar ini dilakukan ketika menghadapi keburukan yang tampak dan tersembunyi, serta ketika merasa berat dalam berjung untuk beristiqomah di jalanNya dikarenakan dorongan syawat dan munculnya kesenangan-kesenangan dunia. Juga ketika menghadapi kesulitan dalam perjalanan dunia yang singkat. [ Dari sini tampak jelas nilai shalat yang berarti pula hubungan antara sesuatu yang lemah dengan sesuatu yang besar dan abadi. Sungguh shalat merupakan waktu pilihan saat pelimpahan karunia dan kecintan yang menetes dari sumber yang tak kunjung kering, dia merupakan kunci perbendaran yang kaya raya , yang amat banyak dan melipah. Shalat adalah titik tolak dari dunia yang kecil dan terbatas kepada dunia yang besar, ia adalah ruh, salju dan naungan di kala jiwa diterpa kepanasan. Ia adalah sentuhan kasih ter hadap hati yang lelah dan letih, justru itulah sebabnya apabila Nabi muhammad saw menghadapi kesukaran, beliau segera melaksanakan shalat. Beliau bersabda, ”Hiburlah kami, wahai Bilal(dengan azan).” Beliau banyak melakukan shalat bila banyak menghadapi persoalan. . Dalam mendirikan Salat berarti kita mengadukan segala persoalan hidup kita kepada Allah, kita ingat bahwa di atas segala nya adalah Allah yang maha besar, penggenggam dunia, alam semesta dan isinya. Tiada yang tidak mungkin di tangan Allah dan tidak ada yang tidak selesai di hadapanNya. Thaahaa ayat:14. Allah berfirman’” Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku referensi :http://drlizapoem.blogspot.com/2008/11/mengatasi-kegelisahan.html 1.Zakiah Daradjat , Menghadapi liku-liku hidup, penyadur M hayata Muar , penerbit untagama, jakarta 1987 2 Sayyid Qutbh, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 1,(Gema Insani, Jakarta,2000) 3. Al-Magraghi jilid 16 4. Terjemahan Al-Quran , Depag RI 5.From Http//www. Wikipedia.com, the free encyclopedia 6.Buku ajar ilmu penyakit Dalam jilid II edisi ketiga , Balai penerbit FKUI, Jakarta,2001 7.Iman-al Ghazali, dibalik Ketajaman Hati, Amani, 1997 8.dr. Bahar Azwar, SpB Onk fikih kesehatan , Qultumedia , 2005 9. Hadist Muslim 10.Robert Frager (Syekh Raqib al-Jerahi), Hati,Diri,Jiwa, Psikologi untuk transformasi, Serambi jakarta 2002, hal307

Thursday, June 7, 2012

cinta adalah sumber kekuataan dan motivasi

Faktor Motivasi Diri Dalam berbagai buku NLP disebutkan bahwa hanya ada dua faktor motivasi diri yaitu mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika saya kerucutkan lagi, hanya ada satu faktor motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta kita, akan semakin besar motivasi yang bangkit. Lihatlah, banyak orang yang sampai nekat bunuh diri karena putus cinta. Ini menggambarkan bahwa cinta memiliki kekuatan untuk menggerakkan diri kita, bahkan untuk hal-hal yang buruk dan tidak masuk akal. Mungkin Anda sudah banyak mendengarkan kisah cinta picisan, apa pun dilakukan “karena cinta”. Joe Vitale menyadari kekuatan cinta sebagai motivator utama setelah dia melihat film 50 First Dates (2004) (50 Kencan Pertama) yang menggambarkan usaha seorang pria yang setiap hari berusaha membuat seroang wanita jatuh cinta kepadanya. Usaha ini dilakukan setiap hari, karena sang gadis pujaan memiliki ingatan yang mampu mengingat cuma 1 hari. Ini hanya salah satu dari sekian kisah cinta dalam film. Anda bisa memanfaatkan kekuatan cinta ini untuk mendapatkan motivasi diri. Tentu saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan jenis, tetapi cinta kepada hal lainnya juga. Saat Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda akan memiliki motivasi yang cukup saat bekerja. Lihatlah pemasin sepak bola, di tengah jadwal yang ketat, mereka tetap enjoy bermain di lapangan, karena mereka mencintai profesinya sebagai pesebak bola. Motivasi Diri Paling Kuat Namun, ada cinta yang paling kuat. Saat Anda tidak memiliki cinta ini, sungguh Anda sudah menyia-nyiakan hidup Anda. Inilah cinta yang paling besar, yang memotivasi para mujahid di medan perang. Tidak takut mati, tidak takut rasa sakit, tidak takut apa pun, demi cinta ini. Cinta ini tiada lain, cinta kepada Allah. Karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Begitu juga bisnis adalah bagian dari ibadah. Dan, ibadah adalah sebagai cinta kita kepada Allah, maka kerja dan bisnis kita juga adalah perwujudan cinta kita kepada Allah. Seharusnya, saat kita bekerja dan bisnis, kita akan memiliki motivasi yang tinggi. Sudahkah? Mari kita pancangkan niat kita, bahwa kerja dan bisnis kita untuk beribadah. Marilah kita pupuk kesadaran kita, bahwa bisnis dan kerja kita adalah salah bentuk wujud cinta kita kepada Allah. Adakah perasaan cinta kita kepada Allah? Jika terasa kurang, maka iman kita harus ditingkatkan lagi. Sebab cinta kepada Allah hanya dimiliki oleh mereka yang beriman. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165). Jadi, motivasi diri bisa dikembangkan dengan meningkatkan iman kepada Allah secara terus menerus. Cinta kepada kepada Allah semakin tinggi, motivasi diri pun semakin tinggi. referensi : http://lookman89.wordpress.com/2010/10/11/motivasi-diri-kekuatan-cinta/

Pandangan hidup seorang muslim

v Tujuan hidup seorang Muslim. Jarang orang merumuskan tujuan hidupnya. Merumuskan apa yang dicari dalam hidupnya, apakah hidup­nya untuk makan atau makan untuk hidup. Banyak orang sekedar menjalani hidupnya, mengikuti arus ke­hidup­an, terkadang berani melawan arus, dan menyesuaikan diri, tetapi apa yang dicari dalam melawan arus, menyesuaikan diri dengan arus atau dalam pasrah total kepada arus, tidak pernah dirumuskan se­ca­ra serius. Ada orang yang sepanjang hidupnya bekerja keras mengumpulkan uang, tetapi untuk apa uang itu baru dipikirkan setelah uang terkumpul, bukan dirumuskan ketika memutuskan untuk mengumpulkannya. Ada yang ketika mengeluarkan uang tidak sempat merumuskan tujuannya, sehingga harta­nya terhambur-ham­bur tanpa arti. Ini adalah model orang yang hidup tidak punya konsep hidup. Sesungguhnya secara fithri, terutama ketika melakukan sesuatu untuk kebutuhan dasarnya selalu ingat tuju­an. Ketika seseorang ingin menjadi insinyur dia masuk Fakultas Tehnik, bila ingin menjadi Dokter maka ia ma­suk Fakultas kedokteran, bila ingin jadi ahli ekonomi maka masuk Fakultas Ekonomi, dan bila ingin menjadi pe­mim­pin maka ia harus mengadakan manuver politik mencari legitimasi dari kaum muslimin atau masyarakat. Rumusan tujuan hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati posisi sentral, yakni orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang diyakininya, melalui figure Ulama Kharismatik, atau menurut kitab suci. Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah, ibtigha mardhatillah. Firman Allah : وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِـغَاءَ مَرْضَاةِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ , arti­nya : “Dan di an­tara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Pe­nyan­tun kepada hamba-hamba-Nya” (QS. 2 Al Baqarah : 207). Ridha artinya senang. Jadi segala pertimbangan tentang tujuan hidup seorang Muslim, terpulang kepada apakah yang kita lakukan dan apa yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai Allah SWT atau tidak. Jika kita berusaha memperoleh ridha-Nya, maka apapun yang diberikan Allah kepada kita, kita akan mene­ri­ma­­­nya dengan ridha (senang) pula, ridha dan diridhai (radhiyatan mardhiyah). Kita bisa mengetahui sesuatu itu diridhai atau tidak oleh Allah. Tolok ukur pertama adalah syariat atau atu­r­an agama, sesuatu yang diharamkan Allah pasti tidak diridhai; dan sesuatu yang halal pasti diridhai, sekura­ng­ -kurang­nya tidak dilarang. Selanjutnya nilai-nilai akhlak akan menjadi tolok ukur tentang kesempurnaan, misal­nya memberi kepada orang yang meminta karena kebutuhan adalah sesuatu yang diridhai-Nya; tidak memberi tidak berdosa tetapi kurang disukai. Indikator ridha Allah juga dapat dilihat dari dimensi horizontal, Nabi bersabda : “Bahwa ridha Allah ada bersama ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada bersama murka kedua orang tua”. Semangat untuk mencari ridha Allah sudah barang tentu hanya dimiliki orang-orang yang beriman, sedang­kan bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal agama, maka boleh jadi pandangan hidupnya dan prilakunya sesat, tetapi mungkin juga pandangan hidupnya mendekati pandangan hidup orang yang minus beragama, karena toh setiap manusia memiliki akal yang bisa berfikir logis dan hati yang di dalamnya ada nilai kebaikan. Metode untuk mengetahui Tuhan juga diajarkan oleh Nabi dengan cara bertanya kepada hati sendiri, istifti qalbaka. Orang bisa berdusta kepada orang lain, tetapi tidak kepada hati sendiri. Hanya saja hati orang berbeda-beda. Hati yang gelap, hati yang kosong, dan hati yang mati tidak bisa ditanya. Hati juga kadang-kadang tidak konsisten, oleh karena pertanyaan paling tepat kepada hati nurani, Nurani berasal arti kata nur, cahaya. Orang yang nuraninya hidup maka ia selalu menyambung dengan ridha Tuhan. Problem hati nurani adalah cahaya nurani sering tertutup oleh keserakahan, egoisme, dan kemaksiatan. v Tugas Hidup Seorang Muslim Rumusan tugas hidup seorang muslim bisa dibuat berdasarkan citarasa sebagai manusia yang hidup di tengah realita objektip, oleh karena itu rumusan tugas hidup dapat berbeda-beda. Menurut ajaran Islam, tugas hidup manusia, sepanjang hidupnya hanya satu tugas, yaitu menyembah Allah, Sang Pencipta, atau dalam bahasa harian disebut ibadah. Disebutkan dalam Al Qur’an bahwa tidaklah Tuhan menjadikan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepada-Nya. Menjalankan ibadah bukanlah tujuan hidup, tetapi tugas yang harus dikerjakan sepanjang hidupnya. Ibadah mengandung arti untuk menyadari dirinya kecil tak berarti, meyakini kekuasaan Allah Yang Maha Besar, Sang Pencipta, dan disiplin dalam kepatuhan kepada-Nya. Oleh karena itu orang yang menjalankan ibadah mestilah rendah hati, tidak sombong, dan disiplin. Itulah etos ibadah. Ibadah ada yang bersifat mahdhah/murni, yakni ibadah yang hanya memiliki satu dimensi, yaitu dimensi vertikal, patuh tunduk kepada Allah Yang Maha Kuasa, seperti shalat, puasa, ada ibadah yang bersifat material-sosial seperti; zakat dan sadaqah, ada ibadah bersifat fisik seperti ibadah haji. Ibadah juga terbagi menjadi dua klasifikasi; ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus adalah ritual yang bersifat baku yang ketentuannya langsung dari wahyu atau dari Nabi Muhammad SAW, sedangkan ibadah umum adalah semua perbuatan yang baik, dikerjakan dengan niat baik dan dilakukan dengan cara yang baik pula. Ibadah khusus seperti shalat lima waktu sehari semalam adalah tugas, taklif dari Allah SWT yang secara khusus diperuntukkan kepada orang-orang mukmin yang telah baligh. Puasa, Zakat (zakat fitrah, zakat mal) bagi yang telah memenuhi syaratnya, dan ibadah haji bagi yang mampu, memotong hewan kurban bagi yang mampu semuanya adalah taklif. Dan ibadah ghairu mahdhah, seperti berbisnis, karena inti dari berbisnis adalah membantu mendekatkan orang lain dari kebutuhannya. Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat besar nilainya asal dilakukan dengan niat baik dan cara yang baik pula. Bahkan menunaikan syahwat seksual yang dilakukan dengan halal (suami isteri) dan dilakukan dengan cara baik (ma’ruf) adalah ibadah. Dengan demikian kita dapat melakukan tugas ibadah dalam semua aspek kehidupan kita, sesuai dengan bakat, minat, dan profesi kita. Perbedaan pandangan hidup akan menghasilkan perbedaan nilai dan persepsi. Orang yang tidak mengenal ibadah, mungkin sangat sibuk dan lelah mengerjakan tugas sehari-hari, tetapi nilainya nol secara vertikal, sementara orang yang mengenal ibadah, mungkin sama kesibukannya, tetapi cara pandangannya berbeda dan berbeda pula dalam mensikapi kesibukan, maka secara psikologis/kejiwaan ia tidak merasa lelah karena merasa sedang beribadah. v Peran dalam pentas kehidupan Dalam hal ini manusia memiliki dua peran utama; pertama sebagai hamba Allah, dan peran kedua seba­gai khalifah Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah manusia adalah kecil dan tidak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Namun, sebagai khalifah, manusia diberi fungsi, peran yang sangat besar, karena Allah Yang Maha Besar maka manusia sebagai wakil Allah di muka bumi memiliki tanggungjawab dan otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah manusia diberi tugas untuk mengelola alam semesta ini untuk kesejahteraan manusia. Dari ketiga dimensi tersebut; Tujuan Hidup seorang muslim, tugas hidup, dan peranannya dalam kancah kehidupan dunia, dapat kita sarikan dalam sifat-sifat moral yang harus dimiliki seorang muslim adalah: Beramal shaleh, menghindari dosa, menyuruh berbuat baik, melarang berbuat munkar (amar ma’ruf nahi munkar), jujur dan mencela kebohongan, bersikap sederhana dan menjauhi pemborosan. Dalam segala hal, adil, lemah lembut dalam berbicara, menghindari perkataan yang buruk dan fitnah, sedia memaafkan, menghindari keangkuhan dan kesombongan, sabar, mengendalikan diri dan waspada, tidak kejam, sedia bertindak sebagai penengah dan pembuat perdamaian, berpegang teguh kepada keimanan, setia, dermawan, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada seluruh tetangga dan kerabat, sederhana, melaksanakan sumpah, menghindari sumpah palsu, dan sifat paling mulia adalah taqwa إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَاللهِ أَتْقَاكُمْ “Orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling taqwa” (QS. 49 Hujurat : 13) referensi : Oleh : Prof.DR.H.A. Bachmid http://khutbahistiqlal.wordpress.com